Kamis, 09 Juni 2011

MAHASISWA..KAMPUS..DAN PERUBAHAN

"Pemuda adalah kegelisahan, derap langkahnya adalah perubahan"


Sebuah partikel tersusun dari ribuan bahkan milyaran atom. Dalam hal ini kampus dianalogikan sebagai sebuah atom pembentuk karakter mahasiswa. Kampus bukanlah menara gading yang mengungkung berbagai pemikiran kritis dan revolusioner. Sejatinya ia adalah menara suar yang dengannya kita belajar berbagai konsep teoritis serta pencarian solusi secara empiris. Kampus adalah tempat pencetak generasi bangsa berkarakter, berdaya saing serta berakhlak mulia, bukan malah mencetak ‘boneka-boneka’ egois siap pakai yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri.

Berbicara mengenai kampus, tidak akan terlepas dari mahasiswa itu sendiri. Dikutip dari bukunya Menerobos Kritis: Renungan Masalah Kemahasiswaan, Intelektual, dan Perguruan Tinggi, Didin S. Damanhuri menjelaskan bahwa mahasiswa yang notabene merupakan entitas dasar dari subsistem masyarakat keseluruhan, adalah kelompok umur yang dinilai sangat ideal.

Selain sedang mengecap dunia akademis yang menjadikannya berpikir empiris dan teoretis, serta tidak terikatnya independensi dengan berbagai kepentingan, menjadikan mahasiswa memiliki perspektif dan pandangan luas untuk dapat bergerak di semua lapisan masyarakat.  Sehingga tidak berlebihan, ketika mahasiswa disematkan sebagai agent of change, agent of social control, dan iron stock
.

Namun, sudahkah kita sebagai mahasiswa menyadari hal itu atau setidaknya berkontribusi sedikit pada sebuah perubahan? Atau kampus hanya menjadikan kita, mahasiswa, sebagai pribadi-pribadi apatis pencari nilai A dan IPK mentereng tanpa adanya aplikasi dalam kehidupan bermasyarakat? Atau kampus hanya sebagai pencetak sarjana-sarjana siap kerja yang bahkan mampu ‘menggadaikan’ idealismenya atas kebenaran dengan hanya diimingi gaji besar?

Ribuan bahkan milyaran atom kemudian bersatu membentuk sebuah partikel. Kampus, tempat di mana generasi-generasi tercerahkan bangsa akan dilahirkan, adalah salah satu atomnya. Dan partikel adalah karakter mahasiswa itu sendiri. Kotornya kancah perpolitikan nasional di Republik ini, maraknya tindakan korupsi di berbagai institusi swasta dan pemerintahan, munculnya tindakan-tindakan radikalisme, serta berbagai permasalahan sosial lain, tak dapat disangkal bermula dari adanya penyimpangan pada proses pembentukan karakter manusia itu sendiri.

Kampus, sejatinya dapat menjadi minatur atau simulasi kehidupan nyata
di masyarakat. Kampus sebagai pencetak manusia yang bukan hanya berotak encer tapi juga berhati mulia. Di manapun bidangnya, apapun kompetensinya.

Dinamisasi pergerakan mahasiswa tidak melulu disempitkan maknanya dengan aksi demonstrasi sebagai proses advokasi yang dilakukan mahasiswa, tapi lebih dari itu, diluaskan maknanya sebagai proses karakterisasi mahasiswa yang berkarakter, berdaya saing dan berakhlak mulia, melalui apa pun caranya. Di  sinilah awal sebuah keniscayaan terbentuknya pribadi-pribadi dari pemuda pemudi nasional yang bermanfaat bagi bangsa, negara, dan agamanya.

“….apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan.” (WS. Rendra)

Kampus dikenal sebagai tempat lahir dan bertelurnya kaum intelektual di mana setiap kegiatan kemahasiswaan dan pergerakan sosial berpusat, seperti perkuliahan dan aktivitas akademika lainnya. Namun, sekarang ini kampus lebih terlihat sepi dan lengang akan aktivitas-aktivitas tersebut bagai telah ditinggalkan mahasiswanya. Mengapa hal itu bisa terjadi? 

Dulu, mahasiswa sering dikenal dengan sebutan agent of change (agen perubahan). Agen yang mampu membawa perubahan yang lebih baik. Dengan aksi-aksinya terbukti mampu menumbangkan pemerintahan Soeharto yang otoriter menuju reformasi. Hal tersebut bak sejarah masa kejayaan mahasiswa. Sekarang, mahasiswa seakan tertidur pulas sampai-sampai tidak tahu kapan akan terbangun.

Dalam aktivitasnya, mahasiswa diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yakni mahasiswa aktif dan pasif. Aktif dan pasif di sini bukan berarti dalam kegiatan perkuliahan berlangsung, melainkan di dalam organisasi kampus.

Pertama, mahasiswa yang aktif dalam organisasi kampus. Seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ataupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), baik tingkat Fakultas maupun Universitas. Bahkan saking aktifnya sampai-sampai melupakan kuliah. Sehingga berujung pada terlambatnya menyandang gelar sarjana. Dan akhirnya disebut sebagai MAPALA (Mahasiswa Paling Lama), mahasiswa abadi ataupun donatur tetap.

Kedua, mahasiswa pasif, yakni mahasiswa yang hanya berkutat pada kuliah semata. Setiap hari hanya bercengkraman dengan buku dan tugas kuliah. Seakan-akan mereka tidak ingin tahu tentang kegiatan kampus. Hingga ada yang menyebutnya mahasiswa KPK, yakni Kuliah, Pacaran, dan Kembali pulang.

Mungkin mereka takut jika ikut dalam organisasi kampus akan menyita waktu, bahkan mengganggu aktivitas kuliah. Tapi kembali lagi semuanya itu tergantung pada individu masing-masing.

Keduanya itu merupakan sebuah pilihan yang harus dijalani setiap mahasiswa di mana pun berada. Dan di setiap pilihan tersebut mempunyai konsekuensi tersendiri yang harus mereka tanggung.

Sekarang ini, kebanyakan mahasiswa lebih cenderung memilih untuk menjadi mahasiswa yang pasif. Mereka seakan acuh dengan apa yang mereka dengar dan lihat, seperti kebijakan universitas atau fakultas yang merugikan mahasiswa. Walaupun sebenarnya mereka juga ingin mengkritisinya. Tapi, mereka takut dengan dampak yang akan mereka tanggung jika berani berurusan dengan pihak universitas maupun fakultas. Lantas, bagaimana bisa mahasiswa menjadi agent of change (agen perubahan)?

Mahasiswa seharusnya lebih aktif dalam menyingkapi sebuah permasalahan yang terjadi di dalam kampus. Dan tidak segan-segan untuk bertindak ketika memang benar-benar diperlukan. Bertindak di sini bukan berarti melakukan demo besar-besaran ataupun aksi-aksi yang anarkis, melainkan dengan duduk bersama untuk mencari solusi yang terbaik. Sehingga tidak ada salah satu pihak pun yang akan dirugikan. Dengan demikian peran mahasiswa sebagai agen perubahan dapat terwujud.

Ayo mahasiswa Indonesia, bangunlah dari tidur panjang kalian!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar